Flores Timur, Tren24reportase.com | Nasib Ibu Thresia Tupen Ina alias Mama Esi (61) Meregang nyawa di Dermaga Penyebrangan Tobi Lota yang hendak di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Flores Timur, bersama Tenaga Kesehatan lengkap dengan APD(alat pengaman diri) lantaran hasil rapid tes antigen positif hingga tenaga kesehatan dari puskesmas Waiwadan Adonara Barat hendak merujuk ke RSUD di Larantuka, namun melihat Nakers berpenampilan layaknya sedang bersama pasien Covid, membuat seluruh pemilik motor penyebrangan bersama crewnya enggan mendekat.
Karena lama menunggu di Dermaga, mama Esi menghembuskan nafas terakhirnya di Dermaga Tobi Lota. Almarhumah mama esi ini dibawa pulang oleh para Nakers Dari Puskesmas Waiwadan, ke rumah keluarganya yang berdomisili di Kecamatan Wotan Ulumado, namun ditolak warga lantaran di isyukan covid, namun para Nakers tidak putus asa dan terus menuju ke kampung asal sang Suaminya Karolus Kopong Tokan.
Setibanya di Desa Watoone kampung halaman mereka guna melakukan pemakaman, namun sebelumnya pihak pemerintah kecamatan Witihama bersama kapus Witihama Lambertus Ola Rua melakukan kesepahaman bersama pihak keluarga korban yang disaksikan TNl Polri.
Dalam kesepakatan bersama memutuskan untuk proses pemakaman dengan gunakan APD bagi pihak pengantar jenazah ke liang lahat. Namun saat hendak diantar ke liang lahat, warga tidak bersedia gunakan APD tetapi cukup dengan bermasker saja, informasih yang dihimpun wartawan tren24reportase.com melalui Babinsa kecamatan Witihama Serda Rafael Rain Beren membenarkan tentang penolakam Alat Pengaman Diri dan enggan Mengangkat Jenazah Mama Esi .

Hingga berpengaruh pula terhadap para pelayat juga keluarga dari tetangga Desa yang urungkan niatnya ikut pemakaman mama Esi tadi. Via telepon Kapus Witihama Lambertus Ola Rua menceritakan perjalan pemeriksaan pada Puskesmas Waiwadan terhadap mama Esi ini.
Kegelisahan para pihak terhadap wabah mematikan ini, mendapat informasi bahwa almarhuma Mama Esi ini adalah positif covid 19, hingga semua pelayat dari tetangga Desa urungkan niat ikut pemakaman mama Esi ini. Hingga berita ini diturunkan, Kapus Waiwadan belum dapat memberikan keterangan walau sudah dimintai via nomor WA. Informasi kematian mama Esi ini sudah tersiar bebas pada hari jumat malam 25 juni 2021 dan akan dimakamkan hari ini sabtu 26 Juni 2021 di Desa Watoone, Kecamatan Witihama. (Bernard NG)
Mohon klarifikasi terkait dgn judul berita d maksud?? Dri mana anda tahu bhwa pasien mm esi ini adalah pasien dgn diagnosa asma? Isi berita tidak ada keterkaitan dgn judul yg anda utarakan. Sebenarnya anda lebih cermat dlm menarasikan sebuah berita yg d konsumsi oleh publik. Supaya anda ketahui, KMK (keputusan menteri kesehatan) no. HK. 01.07/menkes/446/2021 ttg penggunaan rapid test antigen dlm pemeriksaan covid-19 maka anda paham bahwa saat ini rapid antigen di gunakan utk penegakan diagnosa covid-19 tanpa perlu adanya SWAB PCR. seorang jurnalis yg profesional, hendaknya anda memberitakan sesuatu haruslah berimbang. Kami puskesmas waiwadan merasa dirugikan dgn pemberitaan ini. Supaya d ketahui, pasien ini dri Beliko (wilayah kerja PKM baniona) dtg di antar oleh keluarga k UGD puskesmas waiwadan. Dan d tangani sesuai SOP yg ada. Krna perburukan (hasil pemeriksaan rapid antigen positif/pasien terkonfirmasi covid-19) dan di butuhkan penanganan lebih lanjut maka pasien d rujuk k RSUD dr. H. F. Larantuka utk d tangani lebih lanjut bukan karna asma…
Dari Narasumber Yang Wartawan Kami Wawancarai Pihak Keluarg almh Mempunyai Riwayat Asma.. Dan Kalau memang Pihak Puskes Memvonis Almh Ini Covid tapi Kenapa Pihak Keluarga Meminta Bukti atau Hasil Rapid itu tidak ada?? Jadi atas Dasar Apa Puskesmas Bisa bilang Kalau Almh Itu Covid.Sedangkan Saja Sampai detik Ini Puskesmas Tidak pernah Memberikan Hasil Test Rapid nya… Dan seharunsya Kalau memang Covid seharusnya di Makamkan secara covid dengan Alasan apapun… Terlepas klg tidak mengizinkan…!!!